Rabu, 17 Desember 2008

Tari Kecak

Bila mendengar nama Bali, apa yang terlintas pertama kali di benak kita? Selain Pantai Kuta tentunya. Ya! Tari Kecak, tarian yang sangat terkenal di kalangan turis-turis mancanegara dan domestik. Tarian kecak mengisahkan tentang dongeng Ramayana, yaitu cerita klasik masyarakat Hindu dengan tokoh Rama, Sita dan Hanoman. Selain Tari Kecak, juga ada Tari Barong dan Legong.


Tarian ini merupakan jenis tari Bali yang paling unik. Kenapa unik? Karena tarian ini tidak diiringi alat musik atau gamelan seperti layaknya sebuah seni tari. Tarian hanya diiringi paduan suara dari 100 orang pria.

Tari Kecak berasal dari jenis tari sakral “Sang Hyang”. Pada tari Sang Hyang, seseorang yang sedang kerasukan roh berkomunikasi dengan para dewa atau leluhur yang sudah disucikan. Dengan menggunakan si penari sebagai media penghubung para dewa atau leluhur dapat menyampaikan sabdanya. Pada tahun 1930-an mulailah disisipkan cerita Ramayana ke dalam tari tersebut.

Pentas tarian sakral itu sendiri biasaya berlangsung di Pura Shandi Swara “Kecak and Fire Dance” yang berada di daerah Ubud tepatnya di Jl Hanoman, Padang Tegal Kelod, Ubud, Bali. Namun pagelaran tidak setiap hari atau hanya berlangsung tiga kali seminggu. Yakni setiap Selasa, Kamis dan Jumat pada pukul 19.00 Wita.

Untuk menikmati tarian sendiri, tiap pengunjung diwajibkan membeli tiket seharga Rp50 ribu. Nantinya, selain tiket, pengunjung juga akan mendapatkan selembar kertas panduan cerita dalam tarian. Namun, untuk tempat duduk, pengunjung dibebaskan memilih.

XXX sendiri sempat menikmati tarian ini secara langsung beberapa waktu lalu. Sesaat sebelum XXX memasuki pelataran pura, XXX sempat melihat serombongan laki-laki yang mengenakan sarung kotak-kotak putih hitam berjalan memasuki pelataran pura. Mereka adalah rombongan penari kecak.

XXXmemilih tempat duduk di belakang. Pasalnya, selain ingin menikmati pertunjukan, XXX berniat mengamati raut wajah pengunjung sewaktu melihat langsung tarian yang terkenal heboh ini. Meski begitu, panggung pertunjukkan masih terlihat dengan jelas.

Sekitar lima menit kemudian, acara pun dimulai dengan masuknya serombongan penari ke halaman pura. Mereka masuk dengan melantunkan irama yang digunakan sebagai iringan tarian.

Suara mereka sangat merdu, tidak terdengar sumbang sedikit pun. Dan mereka melakukannya dengan penuh semangat, sambil melemparkan pandangan ke arah penonton, tak jarang mereka memberikan senyum kepada para penonton, yang kebanyakan turis dari luar negeri.

Tarian itu menceritakan tentang Epos Ramayana, yang terbagi menjadi lima babak. Di masing-masing babak menyuguhkan adegan yang sangat ringan dan mudah dimengerti oleh siapa saja. Setelah tarian tentang Epos Ramayana selesai, acara dilanjutkan lagi dengan Tarian Sang Hyang Dedari, di mana tarian itu merupakan tarian untuk mengusir roh-roh jahat.

Sanghyang Dedari adalah jenis tarian ritual dengan kepercayaan bahwa ada saat-saat turut untuk menemui umatnya dan ia memasuki tubuh si penari. Sang Hyang adalah sebutan “yang berarti suci” Dedari artinya Malaekat. Tarian ini dipentaskan oleh dua gadis mungil di bawah umur yang masih perawan. Kenapa harus perawan, karena keperawanannya berarti kesucian.

Dan rangkaian tarian yang terakhir adalah Tari Sang Hyang Jaran. Tarian dini dibawakan oleh seorang lelaki kesurupan yang berjingkrak-jingkrak seperti tingkah laku seekor kuda . Ia menari di atas bara api yang terbuat dari sabut kelapa. Jika kidung Sang Hyang menuntunnya ke api, maka ia pun akan menari di atasnya.

Sebelum tarian Sang Hyang Jaran ini dimulai, XXX melihat dua orang mengeluarkan satu karung sabut kelapa dan menyiramnya dengan minyak tanah, lalu membakarnya. Setelah itu barulah seorang lelaki keluar dengan menunggang kuda-kudaan. Ia bertingkah dengan sangat liar, dan beberapa kali ia menginjakkan kaki telanjangnya pada bara api tersebut. Dan beberapa kali ia menendangnya, hampir saja mengenai penonton yang duduk di bagian depan. Ini salah satu alasan XXX memilih bangku belakang, yaitu agar aman dari bara api yang melayang akibat tendangan si penari.

Datang ke Bali tanpa menyaksikan Tari Kecak, rasanya kurang lengkap. XXX jamin anda akan terpesona dengan tarian yang paling diminati oleh wisatasan asing maupun domestik ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar